Kamis, 01 Agustus 2013

SIAPA INDONESIA? BAGAIMANA SEJARAH KELAHIRAN NAMA INDONESIA?

Sejarah selalu bergulir sesuai dengan perubahan zaman. Siapa yang berkuasa, pasti dapat dikatakan merekalah yang menjadi pemegang utama dalam penulisan sejarah. Sejarah yang ditulisakan selalu menempatkan mereka pada titik tertinggi sesuai dengan keinginannya. Sejarah adalah lautan tanpa tepi. Mengutip Ibnu Khaldun (1332- 1406) dalam Muqaddimahnya sejarah adalah suatu penalaran kritis dan kerja yang amat cermat dalam mencari suatu yang haq (kebenaran) dan tak terjebak pada hal-hal yang bersifat tendensius.
Benar tidaknya sejarah dalam peradaban, boleh dibilang tergantung siapa penguasanya, tak terkecuali di Indonesia. Dari sekian banyak penjajah yang pernah singgah, sejarah Indonesia pun muncul dalam banyaknya versi bak jamur di musim hujan. Setiap orang mengatakan bahwa sejarah merekalah yang benar. Akhirnya memunculkan kontroversi berkepanjangan. Dan sejarah tentang Indonesia pun menjadi sesuatu yang absurd.
Menulis Indonesia bagaikan mengisahkan sekelumit misteri yang rumit sekaligus menantang. Tak ubahnya mengupas sebiji bawang. Lapisan demi lapisan menguak sejarah, namun begitu terkuak mata kita perih karenanya. Tapi, biarlah mata ini perih. Yang terutama adalah berusaha mengelupasi lapisan-lapisan Indonesia
Memang gagasan tentang awal pemikiran dan pembentukan Negara Indonesia sudah banyak menjadi perdebatan yang cukup alot, terlebih oleh sejarawan Internasional. Berbagai kalangan mengklaim merekalah yang memunculkan ide tentang pembentukan Indonesia. Khususnya sejarawan Belanda yang banyak memiliki data tentang Indonesia, sehingga mereka beranggapan cikal bakal Indonesia dibentuk mereka.
Negara Indonesia baru muncul pada abad ke-20 setelah melewati masa penjajahan yang cukup panjang. Sebelumnya bangsa ini hanya berupa kepulauan yang memiliki banyak bendera dan bahasa yang berbeda-beda pada setiap suku bangsanya. Namun perasaan kebangsaan antar suku di kepulauan ini menguat karena nasib yang sama dibawah penjajahan Belanda, dan perasaan ingin merdeka yang sama yang dirasakan setiap suku bangsanya.
Namun, mengapa bangsa ini menggunakan nama ‘Indonesia’ sebagai nama negaranya? Dari manakah sesungguhnya nama ini berasal? Siapakah sesungguhnya penemu kata ‘Indonesia’ dan apakah arti dari ini sendiri?
Beberapa abad silam, abad ketika sejumlah intelektual dari Eropa datang dan mempelajari khasanah kepulauan ini: sosial, budaya, ekonomi, politik, keragaman flora dan faunanya, agama hingga antropoliginya. Siapa nama yang berkulit sawo matang dari ras polinesia itu? Apa nama untuk kepulauan itu?
Sebelum abad 20, Indonesia tidak ada seorang pun tahu nama kawasan kepulauan ini. Orang luar mengenal kepulauan ini dengan beberapa nama, antara lain, The Eastern Seas (LautanTimur), The Eastern Islands (KepulauanTimur), dan Indian Archipelado (Kepulauan Hindia). Belanda menamakan kepulauan ini sebagai HindiaHindia Timur atau Insulinde yang berarti Pulau-pulau Hindia. Seiring politik Belanda menguat, nama kepulauan ini dikenal dengan Hindia (Timur) Belanda dan sebagian memandangnya sebagai Tropisch Nederland atau Kawasan Tropis Belanda.
Seorang pengelana dari Inggris pada 1850, George Samuel Earl menyebut nama kepulauan ini dengan “Indu-nesians”. Namun, Ia merasa nama ini terlalu umum untuk pendekatan entnografis. Dan kemudian istilah yang Dia anggap paling khusus adalah “Malayunesians”.
Tapi, koleganya James Richardson Logan lebih memilih “Indonesians”. Ia merasa kata itu lebih tepat dan benar untuk menjelaskan istilah geografis, bukan entnografis. Kurang lebih gagasan yang dimaksudkan adalah sebagai suatu bentuk mewadahi untuk apa yang kini disebut sebagai identitas Indonesia. Logan memilih sebuah kesatuan negara-negara itu dengan sebutan Indonesia dengan ungkapannya “I prefer the purely geographical term Indonesia which merely shorter synonym for the Indians or the Indian archipelago”. Sampai kemudian pada simpulannya “We thus get Indonesian for Indian Archipelagians or Indian Islanders.
Penggunaan nama ini Ia gunakan dalam tulisan-tulisannya “Indonesia,” “Indonesians”. Bahkan Ia membagi “Indonesia” dalam empat kawasan geografis terpisah, membentang dari Sumatra sampai Formosa di Taiwan. Dari situ sedikit demi sedikit kata “Indonesia” dipakai para antropolog dan linguis dari Inggris, Perancis, Jerman maupun Belanda. Yang paling kentara, gagasan ini muncul dalam sebuah majalah ilmiah tahunan pada 1847 di Singapura. Majalah itu bernama Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia atau JIAEA. Majalah JIAEA ini dikelola oleh Logan dan Earl sendiri.
Penggunaan Istilah Indonesia oleh Logan ini diikuti oleh E.T Hamy, seorang ahli antropologi asal Prancis untuk menjabarkan kelompok Ras Pra-Melayu tertentu yang tinggal di kepulauan Indonesia. Hamy memperkenalkan istilah baru tentang Ras Indonesia ini pada tahun 1877. Kemudian pada tahun 1880 istilah yang digunakan Hamy ini diikuti oleh antropologi Inggris. A.H Keane yang menjelaskan bahwa Asia Tenggara sesungguhnya dibagi menjadi dua Ras besar yaitu Mongoloid dan Indonesia. Didalam tulisannya Keane tidak membedakan kedua ras ini karena Perbedaan Rasial, namun lebih kepada Bahasa dan lain-lain.
Etnograf terkenal dari Jerman, Adolf Bastian kemudian melambungkan penggunaan nama “Indonesia” di kalangan akademisi Eropa. Ia menggunakan kata itu dalam kumpulan tulisannya sebanyak lima jilid Indonesien Oder die inseln des Malayischen Archipel yang terbit pada 1884-1894. Penggunaan nama “Indonesia” merujuk pada pengertian budaya dan bukan pengertian politis..
Setelah 1900 popularitas dari istilah Indonesia mulai menyebar luas. Dan istilah Indonesia ini sendiri seringkali digunakan oleh kelompok-kelompok Nasionalis di Kepulauan Indonesia. Seperti PSI (Partai Sarikat Islam) yang mengganti namanya menjadi PSII (Partai Sarikat Islam Indonesia) Soekarno-Hatta yang dikenal sebagai Bapak Indonesia dan Slogan Indonesia Merdeka atau Indonesia Raya yang pada akhirnya menjadi Judul Lagu Kebangsaan Republik Indonesia. Bahkan istilah Indonesia pun dikaitkan kepada mitos Dewi Reni sebagai Ibu Pertiwi atau Ibu Indonesia.
 Tapi, istilah Indonesia semakin lama semakin identik dengan Nasionalisme, bahkan penggunaan istilah Indonesia mulai dikurangi oleh Pemerintah Belanda dan dianggap sebagai sesuatu yang amat membahayakan posisi mereka di tempat jajahan mereka ini. Hingga sampai pada akhirnya Bernard Vlekke pada tahun 1943 menuliskan cerita singkatnya tentang Indonesia di Amerika Serikat, namun memberi judul bukunya dengan judul Nusantara karena keputusan Belanda yang mereduksi penggunaan istilah Indonesia. Vlekke sendiri mendapatkan istilah ‘Nusantara’ dari Ki Hajar Dewantara, Seorang Akademisi Nasionalis Indonesia.
Sebenarnya asal-usul Indonesia ditemukan oleh Earl yang ingin mencari analogi untuk Ras Melanesia dan Polinesia dan mulai menyebar karena digunakan oleh beberapa akedemisi dalam buku-buku mereka untuk mengungkapkan wilayah geografis kepulauan yang memiliki satu kebudayaan yang sama. Dan ada beberapa akademisi lain yang menggunakan istilah Indonesia untuk Ras selain Mongoloid yang tinggal di Asia. Namun seiring perkembangan waktu, Indonesia umum digunakan oleh Nasionalis-nasionalis yang memperjuangkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia di bawah jajahan Belanda, hingga akhirnya bebas dari jajahan dan tetap menggunakan nama Indonesia sebagai nama Bangsa dan Negara Republik Kebangsaan mereka dan juga sebagai Bahasa Persatuan Bangsa Indonesia, yaitu Bahasa Indonesia.




“Dan mencintai tanah air Indonesia
dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia
bersama rakyatnya dari dekat... ”

Soe Hok Gie (1942-1969)

Kamis, 13 Juni 2013

hasrat nulis;tapi,cuma ini;

menjelang shubuh, aku tenggelam dalam kesunyian dan didalam kesunyian itu aku dimangsa kesepian. Bahkan, Tuhan rasanya telah meninggalkanku. Tuhan telah berangkat naek perahu, begitu kata hatiku selalu. Kemudian aku meratap, wahai Tuhan yang Maha Tinggi, jika Kau katakan dunia tak ubahnya persinggahan, tak ubahnya mampir sebentar untuk minum. Mengapa hidup bisa menjadi pahit begini (seperti segelas kopi karbonat) ? Lalu aku menjadi sinis, bahwa aku selalu percaya pada Tuhan, tapi rupanya Tuhan tak percaya padaku. Bahkan, sekadar untuk memberiku sedikit kekuatan untuk mengalahkan sebuah penjajahan baru (kemiskinan dan kebodohan). Tuhan seperti ragu, untuk memberikanku kekuatan tersebut. Akhirnya aku jatuh tertidur karena lelah bersedih memikirkan tentang nasib negeri ini.

ADZAN SHUBUH

Adzan Subuh telah berKumandang Merdu di Seantero Bumi Pertiwi, sehingga Menggetarkan Hati Hamba-MU ini yaa.. Allah..

Hamba-MU ingin bangun dari depan Computer ini untuk mengerjakan Perintah-MU yaa.. Allah..

Tapi, berbagai pertanyaan bermunculan dan berkecamuk didalam Hati Hamba..?

Dimanakah.. Engkau.. yaa.. Allah.. ketika Masyarakat Bangsa ini sedang kesusahan dan meminta Pertolongan-MU yaa.. Allah..

Dimanakah.. Engkau.. yaa.. Allah.. ketika Para Pejabat banyak melakukan praktik-praktik Korupsi..

Dimanakah.. Engkau.. yaa.. Allah.. ketika Seorang Ayah dengan tega Memperkosa Darah Dagingnya sendiri..

Dimanakah.. Maha Melihat-MU..
Dimanakah.. Maha Penyayang-MU..
Dimanakah.. Maha Pengasih-MU..
Dimanakah.. Maha Adil-MU..

Dan berbagai Maha lain-Nya..

Yang sering diKumandangkan oleh Para Kyai diatas Mimbar..

Apakah semua itu telah Sirna dimakan oleh waktu..
Apakah benar Kata Nietsze Tuhan itu telah Mati..

atau

Apakah ini hanya sebuah Cobaan dari-MU untuk Umat di Bangsa ini yang sering melakukan hal-hal keNistaan..?

Dengan semua itu...

Apakah Hamba masih pantas menjatuhkan jidad di atas Sajadah.. untuk mengerjakan Perintah-MU yaa.. Allah.. 

hanya sebuah curhatan

Pertama, jika kita melihat kilas sejarah indonesia. Negara ini tidak dihuni oleh manusia yg beragama islam saja. Lihat sejarah, bahwa sebenarnya sebelum agama Islam masuk ke indonesia, sudah ada agama Hindu dan Buddha sebelumnya yg menghuni negara ini, ditambah lagi animisme.


Jika anda menilai baik buruknya negara dilihat dari negara itu berasaskan agama apa (islam or something else), sepertinya justru negara yg berasaskan agama yang tidak maju². Contoh : negara2 di timur tengah yg menerapkan sistem negara agama.Kalo anda menjawab Malaysia, apakah anda yakin?? Malaysia itu negara dibawah pesemakmuran Inggris. Dan inggris adalah negara kerajaan Kristen Anglikan tetapi sistem negara yang sekulerisme. Negara islam di timur tengah, banyak masyarakatnya melakukan tindakan yang menghancurkan harga diri bangsa ini (maaf, pemerkosaan, penganiayaan).


Kedua, bahwa negara Indonesia dijadikan negara islam pun belum tentu berubah menjadi lebih baik. Mungkin akan menambah daftar panjang permasalahan sosial yang bersangkut erat dengan SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan). Ditambah lagi dengan oknum² masyarakat yang telah banyak merusak negara ini dengan korupsi, kolusi dan nepotisme yang kebanyakan mengaku dirinya adalah orang yang beragama. Ironis memang, tapi inilah kenyataan yang terjadi.


Ketiga, negara Indonesia ialah negara yang telah diperjuangkan dengan susah payah oleh para pejuang di masa lalu. Jika ditilik lebih dalam, bahwa pejuang-pejuang tersebut memiliki latar belakang suku dan agama yang berbeda-beda. Jadi, negara demokratis yang berasaskan Pancasila dan UUD 45 sudah menjadi poin terpenting didalam terciptanya negara ini.


Permasalahannya hanya 1, apakah para manusia² yang hidup di negara Indonesia ini masih ingat perjuangan para pahlawan yang rela mati demi negeri ini, dan berusaha berjuang dengan membangun negeri ini walau pasti akan terasa berat ???


saya kira jawabannya hanya ada di dalam hati dan diri kita masing².urusan agama tidak sepantasnya dibawa kedalam urusan negara. Saya bukan orang yang sekuler ataupun pragmatis, namun saya belajar untuk menghargai orang lain dan menghargai hidup..itu saja...

belum berakhir

Bulan juni tahun ini seperti bulan juni tahun-tahun sebelumnya malang dingin seperti biasanya tapi tahun ini melebihi dingin negaranya lenin. Khalayak ramai berbincang tentang dinginnya kota malang tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Apakah ini karena pergantian cuaca yang begitu cepat atau fenomena alam karena terjadi beberapa bencana belakangan terakhir di provinsi jawa timur (mis: ulat bulu, semburan dari gunung semeru, bromo dan lain-lain). Mungkin hanya Tuhan yang tahu tentang semua ini. Aku bukan mau menulis tentang bencana atau tentang Rahasia Tuhan tentang ini. Tetapi, lebih jauh dari itu yaitu tentang kita sebagai khalifah di bumi yang fana ini.

Seluruh hidup ini adalah Drama.kita menyusun sebagian besar kisahnya, menjalaninya dan kemudian menutup dengan segala jenis ending. menjadi Pecundang? Pahlawan? Pemburu Surga? atau Pemalas yang masa Bodoh? Manusia adalah Mahluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah SWT. Dari Mahluk ciptaan lainnya. Meskipun Manusia dan hewan sama-sama diberi akal. Tetapi, akalnya hanya bersifat stagnan dan Manusia bersifat terus berubah-ubah. Misalnya: kita ngambil studi kasus terhadap pembuatan tempat tinggal. Burung selalu membuat rumahnya dengan model-model itu saja. Sedangkan manusia tentunya selalu berubah-ubah donk. Tetapi, apakah kita sudah menunjukan ekistensi kita sebagai manusia atau apakah kita masih harus memanusiakan diri kita sendiri? Tentu hanya Anda yang bisa menjawab sendiri dan juga saia.

Sebenarnya kurang menarik kalau kita berbicara tentang manusia. Karena, pembahasannya terlalu meluas atau umum. Bagaimana kita berbicara tentang seorang individu saja dan tentunya individu itu adalah saia sendiri. Bagaimana?? SETUUJU!!!!
Malam ini aku merasa agak melankolis. Aku merasa Tuhan telah meninggalkanku. Tuhan telah berangkat naik perahu, begitu kata hatiku selalu. Lalu aku menjadi sinis, bahwa aku selalu percaya pada Tuhan, tapi rupanya Tuhan tak percaya padaku. BERSAMBUNG.....


melankolis

Gaadizitt

Gadis engkau bagailkan MUTIARA dalam HATI Q
melihat MU, bagaikan BIDADARI yang turun dari KHAYANGAN
rupa MU tak SECANTIK Sahara, body MU tak sesexy Wanita Arab
tapi, Gadis kau bisa membuat Q terkapar dalam  Naungan Cinta


Gadis!! mengapa, Engkau hanya Q miliki dalam Mimpai Q
Gadis!! mengapa, Q hanya bisa memandangi MU dan tak bisa memiliki MU


Gadis engkau bagaikan pengganti Ibu Q diklaa Q  kesepian
Gadis engkau bagaikan Sang Penghibur disaat Q dirundung kepedihan
Gadis maafkan Q, cuma ini yang bisa Q berikan pada MU sebagai Rasa Bangga Q bisa BerSahabat dengan Diri MU


Q persembahkan Tulisan yang Jelek ini
Untuk Para Srikandi2 yang berarti dalam Hidup Q

105 tahun (seabad lebih)

105 tahun Kebangkitan Nasional. Tidak terasa sudah seabad lebih Bangsa ini memperingati Kebangkitan Nasional. Seperti tahun-tahun sebelumnya Perayaan Hari Lahir (HarLah) Kebangkitan Nasional hanya dirayakan seremonial belaka. Tidak ada Nilai-nilai yang bisa kita ambil dari Perayaan Kebangkitan Nasional setiap tahunnya. Seharusnya setiap Perayaan Kebangkitan Nasional wajib memunculkan Nilai Bangkit dari keterpurukan, Nilai Bangkit dari ketertindasan, Nilai Bangkit dari ketertinggalan, Bangkit dari kemiskinan dan Bangkit dari kebodohan. Nilai-nilai seperti itu yang di inginkan oleh Ir. Soekarno, Dr. Sutomo dkk waktu mempelopori Boedie Oetomo, sebagai cikal bakal Kebangkitan Nasional. Meskipun Pemerintah telah kehilangan Nilai-nilai seperti diatas, Jangan sampai nilai-nilai itu hilang dari diri kita. Nilai untuk tetap Bangkit, Nilai untuk tetap Semangat, Nilai untuk tetap Berjuang serta Nilai untuk tetap Bergerak. Sehingga Kita Masih Bangga menjadi Rakyat Indonesia. Diam Tertindas, Bangkit Melawan. Selama Harlah Kebangkitan Nasional . 
"amal dan bakti ku berikan, adil dan makmur ku perjuangkan"